Cara Mengatasi Orang Tua Yang Suka Membanding Bandingkan Anak
Mendengarkan Cerita Anak tanpa Menghakimi
Saat anak mengalami masalah, terkadang ia ragu untuk mengungkapkannya kepada orang tua karena merasa takut dihakimi atau mungkin dimarahi.
Daripada memperlakukannya dengan cara demikian, cobalah untuk mendengarkan semua curahan hati anak tanpa menyela sampai selesai. Setelahnya tanyakan apa yang sedang ia rasakan dan bantulah untuk menyelesaikannya. Keterbukaan seperti ini akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap erat meskipun masing-masing memiliki kesibukan.
Meluangkan Waktu Bersama Anak
Sering meluangkan waktu untuk anak merupakan kunci dari hubungan emosional yang lebih dekat. Waktu bersama keluarga yang penuh keceriaan akan menjadi kenangan yang menyenangkan akan terus melekat di ingatan anak.
Meskipun waktu yang Anda habiskan setiap harinya hanya sedikit karena pekerjaan yang padat, anak akan tetap merasa selalu diperhatikan oleh orang tuanya.
Cobalah sempatkan untuk menemaninya belajar atau menyelesaikan tugas bersama meskipun sebentar. Cara lainnya mungkin memanfaatkan waktu setelah mandi saat menggunakan popok, pakaian, dan bedak dengan mengajaknya bercanda.
Hindari Penggunaan Handphone saat Bersama
Mengingat waktu dengan anak tidak banyak karena pekerjaan, sebaiknya pastikan setiap waktu yang dihabiskan bersama tidak terganggu dengan handphone.
Daripada sambil memainkan handphone, lebih baik berikan waktu sepenuhnya bersama anak. Jika ini dilakukan, maka akan membuat Anda lebih fokus dalam menjalankan kegiatan bersama dengan anak. Dengan begitu ikatan emosional akan semakin erat satu sama lain.
Baca juga: Perbedaan ADHD dan Hiperaktif pada Anak (Dilengkapi Cara Mengatasi)
Mengajak Anak Menyelesaikan Pekerjaan Rumah
Saat orang tua dan anak terlalu disibukkan untuk menghabiskan waktu di luar, menyelesaikan pekerjaan rumah mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk tetap dekat dengan anak.
Anda bisa mengubah kebiasaan dengan menyuruh anak membersihkan kamarnya dengan mengajak anak mendekorasi bersama. Anda juga dapat mengajaknya untuk memasak, memperbaiki kendaraan, bermain lego, atau kegiatan lain yang disenangi anak.
Baca juga: Cara Memarahi Anak Tanpa Harus Melukai Hatinya
Menyempatkan liburan bersama menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Saat liburan, semua anggota keluarga bisa leluasa menghabiskan waktu bersama tanpa perlu mengkhawatirkan pekerjaan.
Anda bisa mengajak anak piknik atau berwisata alam, misalnya pergi ke pantai. Jika waktu libur singkat Anda bisa bepergian ke museum atau kebun binatang yang tak kalah menyenangkan.
Terus, apa ya tujuannya orang tua membandingkan anaknya dengan orang lain?
Oke, selain sebagai insting dasar manusia, biasanya orang tua juga punya tujuan ngebandingin kamu dengan orang lain.
Salah satunya adalah biar kamu punya “contoh” yang bisa kamu tiru, terus bikin kamu berubah jadi lebih baik.
“Tuh, coba liat si A. Tiap hari dia belajar, gak perlu disuruh sama mamanya. Coba kamu kayak dia”
“Kamu main terus sih, liat tuh anak bu RT, nilainya bagus-bagus karna dia gak pernah main keluar”
Sering denger kan, Perseners?
Iya, jadi emang tujuan orang tua tuh sebenernya ngasih “contoh” ke anaknya melalui orang-orang sekitarnya.
Tapi, kalau kamu ngerasanya gimana?
Pas orang tua ngebandingin kamu dengan anak tetangga, misalnya. Kamu ngerasa jadi pengen ngecontoh anak itu gak sih? Atau malah kamu jadi gak nyaman dengan cara orang tuamu ini?
Iya, kalau berdasarkan ceritaku di atas. Jujur aku sama sekali gak pengen nyontoh sepupuku sih.
Aku malah ngerasa gak nyaman. Gak nyaman sama guru di kelas yang akhirnya nyuruh aku duduk bareng sepupuku, terus gak nyaman juga pas ketemu keluarga besar. Pasti deh dibahas.
Meskipun membanding-bandingkan ini adalah sesuatu yang normal, tapi dampak yang dirasakan oleh anak ternyata gak baik loh, Perseners.
Jarang sekali, ada anak yang jadi terpacu atau termotivasi setelah orang tuanya ngasih “contoh” dengan membandingkan anaknya sama orang lain.
Biasanya yang dirasain sama anak tuh malah jadi gak percaya sama kemampuannya, ngerasa cemburu atau iri dengan orang lain, sampe ngebuat hubungan anak dan orang tua jadi gak sehat.
Jadi aku harap, pas kita jadi orang tua nanti, kita bisa mengontrol kebiasaan membanding-bandingkan ini ya, Perseners!
Baca juga: Membandingkan Diri: Perilaku Toxic yang Perlu Dihentikan
Atur target dirimu!
Biasanya, orang tua membanding-bandingkan dirimu karena adanya standar dari lingkungan sekitar. Jadikan standar itu sebagai pilihanmu aja, jangan sampai standar dari orang lain mempengaruhi target dirimu sendiri. Karna kamu akan kesulitan untuk memenuhi standar orang lain.
Untuk itu, tetapkan dan aturlah target sesuai dengan kemampuanmu. Cuma kamu yang tau, seberapa jauh kamu mampu untuk mencapai targetmu itu.
Cara Membangun Hubungan Orang Tua dan Anak
Anak akan lebih mudah mengekspresikan emosinya seiring bertambah usia. Anak mulai memiliki aktivitas atau hobi. Tanpa orang tua sadari anak juga mulai menjadi sibuk dengan berbagai tugas sekolah dan kegiatan lainnya. Selain itu, terkadang anak lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman daripada keluarga.
Selain itu, orang tua juga disibukkan dengan pekerjaan, sehingga waktu bertemu dengan anak semakin sedikit meskipun tinggal dalam satu rumah.
Namun orang tua tidak perlu khawatir, ada banyak pilihan cara untuk membangun hubungan orang tua dan anak di tengah kesibukkan, berikut di antaranya:
Makan Bersama Anak
Makan bersama dengan anak biasanya akan menghasilkan percakapan dan ikatan yang menyenangkan. Usahakan semua anggota keluarga untuk tidak memegang ponsel atau perangkat lainnya dan sekadar menikmati kebersamaan satu sama lain.
Waktu makan juga merupakan kesempatan yang baik bagi Anda untuk mengajari anak pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang, yang juga berdampak pada kesehatan mental anak secara keseluruhan.
Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Susah Makan
Mentor Kehidupan Holistik Besertifikasi
Artikel ini disusun bersama
. Diane Martinez adalah Mentor Kehidupan Holistik Besertifikasi yang juga merupakan Pendiri Conscious Creating Life Coaching, LLC di Atlanta, Georgia. Selama lebih dari 10 tahun, Martinez membantu kliennya, baik secara langsung maupun virtual, untuk mengatasi berbagai persoalan hidup, seperti menentukan karier, memperbaiki relasi dengan keluarga, mengatasi kecemasan, dan menetapkan batasan yang sehat. Dia memperoleh Sertifikasi Mentor dari Alan Cohen's Holistic Life Coach Training Program. Artikel ini telah dilihat 8.042 kali.
Halaman ini telah diakses sebanyak 8.042 kali.
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Hai, Perseners! Kenalin aku Nida, associate writer Satu Persen.
Gak terasa tahun 2020, udah hampir habis, nih! Gimana kabarmu di penghujung tahun ini? Meskipun tahun ini terasa berat, aku harap kita bisa menutup tahun 2020 dengan bahagia ya!
Oh iya, kalau ngeliat judul ini, aku pengen tau dong. Kamu pernah ngalamin gak? Orang tua ngebandingin kamu sama temenmu, atau anak temen orang tuamu?
Lagi-lagi, judul ini relate sama apa yang pernah aku rasain. Aku jadi inget ceritaku jaman sekolah dulu. Pas SMP aku satu sekolah sama sepupuku. Kelas 1 dan kelas 2, kami gak sekelas. Tapi, di kelas 3 kami sekelas. Dari awal tau sekelas, aku udah gak seneng sih. Soalnya aku tau, dia pinter dan aku pas-pasan, hahaha.
Ternyata bener, di tengah-tengah semester pertama, ada pembagian rapor di sekolah. Aku termasuk siswa yang orang tuanya dipanggil karna hasilnya gak memuaskan, kalau gak salah ada 3 mata pelajaran yang remedial.
Dan kalian tau? Sepupuku ranking 1 di kelas. Yang bikin kesel adalah guru-guru juga tau kalau kami sepupu-an.
Huwaaa, aku yakin kalian tau deh selanjutnya gimana. Mulai dari ayah yang dateng ke sekolah, guru-guru yang berkali-kali ngomongin bedanya aku dan sepupu, sampe ke acara keluarga tetep aja aku dibanding-bandingin. Yaaa, rasanya bete banget sih.
Kalian pernah ngerasain juga gak?
Nah, tulisanku kali ini, aku pengen ngebahas, kenapa sih orang tua suka banget ngebanding-bandingin anaknya? Terus gimana ya caranya kita ngadepin orang tua yang hobi ngebandingin anaknya?
Setiap perilaku pasti ada alasannya. Begitu pula dengan orang tua yang hobi banget ngebandingin anaknya dengan orang lain. Mungkin kita perlu tau dulu nih, sebenernya apa sih alasan orang tua ngebandingin kita dengan orang lain? Tujuannya apa?
Kenapa orang tua membandingkan anaknya dengan orang lain?
Sebenernya, kebiasaan membanding-bandingkan ini adalah insting dasar manusia loh, Perseners!
Aku yakin, kamu juga sering banget kan membandingkan sesuatu, gak harus membandingkan diri dengan orang lain aja. Sesimpel ngebandingin cara makan bubur ayam, diaduk atau gak. Iya gak? Orang-orang ngebandingin dua hal ini sampe berantem.
Sama kayak orang tua. Kebiasaan orang tua membandingkan anaknya dengan orang lain, juga berasal dari insting dasarnya sebagai manusia.
Membandingkan adalah cara berpikir rasional manusia untuk mengetahui dan membedakan mana yang baik dan yang jahat, suka atau gak, dan hal ini biasanya terjadi tanpa kita sadari.
Jadi udah kayak hal biasa aja sih, kalau ngeliat dua hal yang sama atau mirip, kita langsung nyari bedanya dan ngebandingin mana nih yang lebih baik atau lebih bagus.